“Dalam konstitusi, kami tidak diizinkan kekuatan militer (negara lain) di sini tanpa perjanjian,” ucap juru bicara AFP, Kolonel Restituto Padilla, seperti dilansir inquirer.net
Menurut Restituto Padilla, pasukan AFP memiliki kemampuan untuk tugas penyelamatan sandera. Karena itu, pihak militer negara tersebut belum membutuhkan bantuan.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, menyatakab bahwa Indonesia siap membantu upaya penyelamatan tersebut apabila Filipina meminta. “Itu terjadi di luar negeri. Apabila kami tidak diizinkan untuk masuk maka kami tidak akan memaksa. Apabila Manila siap untuk mengatasinya sendiri, kami akan menunggu, tapi jika mereka butuh bantuan, maka kami akan bantu,” kata Ryamizard.
Pada kesempatan lain, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan pasukannya siap untuk membebaskan 10 orang sandera itu, apabila diminta bantuan.
Menteri Luar Negeri, Rentno Marsudi, menyebutkan bahwa pihaknya kini tengah memprioritaskan keselamatan 10 WNI yang disandera kelompok militan tersebut. Sementara penanganannya akan dilakukan dengan cepat namun penuh hati-hati.
Sebagai mana diketahui, kelompok Abu Sayyaf sejak beberapa hari lalu menyandera 10 ABK Kapal Brahma 12. Pihak pemberontak ini memberi ultimatum pembayaran uang tebusan sebesar 50 juta Peso atau setara dengan Rp15 miliar hingga batas waktu, Jumat tanggal 8 April 2016. Jika tidak, maka seluruh sandera akan dihabisi.
Kesepuluh WNI ini adalah awak kapal tugboat Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara. Tugboat dilepaskan tetapi kapal Anand 12 dan 10 WNI disandera. Pihak keluarga ABK di tanah air mendesak pemeritah untuk mengambil tindakan guna membebaskan 10 WNI tersebut.
(*/sir)
(Sumber: Poskota)