Adshit Al-Qusayr, Jumat (1/10), Indonesia Batalyon dan beberapa compound jajarannya beberapa waktu lalu menerima kunjungan Tim Inspeksi Vulnerability Assesment (VA) dengan mengambil start di compound Kompi Mekanis A UN Posn 9-63 desa Al-Edaysseh dan Markas Satgas Kompi Mekanis D, Kompi Bantuan UN Posn 7-1 Desa Adshit Al-Qusayr dan terakhir di Kompi Mekanis C UN Posn 9-2 Desa Al-Zikkyeh.
Kedatangan Tim Inspeksi VA disambut pertama-kalinya oleh Danki A Kapten Inf Fardin Wardhana, Perwira Force Protection Indobatt Lettu Inf Arief Widyanto serta beberapa perwira kompi mekanis A Indobatt di dalam compound-nya. Menurut Perwira Force Protection; Vulnerability Assesment adalah inspeksi terhadap tingkatan pengamanan masing-masing compound di seluruh jajaran UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon). Inspeksi ini dilakukan oleh VA Team Inspection yang terdiri dari perwakilan masing-masing staf dijajaran Sector East; salah satunya adalah Major (CHINA) Liu dari Engeneering Support Servis.
Sebelum kegiatan melaksanakan kegiatan inspeksi; rombongan VA menerima paparan singkat tentang tingkat pengamanan compound kompi mekanis A Indobatt oleh Wadanki Kapten Kav Makhdum Habiburrahman S. Selanjutnya rombongan menuju UN Posn 7-1 markas Satuan Tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/ Unifil (Indonesian Battalion/ Indobatt) desa Adshit Al-Qusayr.
Pada tujuan berikutnya ini, tim inspeksi menerima paparan singkat oleh Lettu Inf Arief Widyanto di ruang rapat markas batalyon, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan secara langsung di lapangan. Beberapa perwira yang juga terlibat antara lain Kasi Logistik Indobatt (Logistic Officer) Kapten Czi M Oki Isnaini dan Danton Zeni Indobatt Lettu Mar Zainal.
Dalam paparannya, Force Protection Officer melaporkan tentang hasil kerja Force Protection yang sudah terlaksana, dan yang sedang dalam proses serta yang belum terlaksana. Berdasarkan Force Protection Frago 05-05-09 diikuti dengan laporan tentang berbagai kendala yang sedang dihadapi saat ini. Dalam kesempatan ini juga turut dilaporkan tentang hal-hal yang perlu dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kwalitas pengamanan compoud pada masa mendatang.
Dalam wawancaranya dengan Pen Satgas, Lettu Inf Arief Widyanto menjelaskan; VA (Vulnerability Assessment) adalah penilaian dari UNIFIL terhadap seluruh compound yang ada, mengenai tingkat kemampuan pengamanan secara mendetail terhadap keseluruhan compound termasuk pengamanan personel yang berada di dalamnya. Dan untuk hal ini, sebagai perwira yang bertanggungjawab akan perlindungan dan pengamanan compound; Force Protection Officer dari masing-masing negara kontingen di UNIFIL ini bertanggung jawab melaksanakan pelaporan terperinci dan lengkap serta akurat kepada tim VA secara periodik setiap tahunnya.
Adapun standar penilaiannya ada dalam beberapa tingkatan seperti Enhance (sempurna) artinya sembilan puluh persen dari seluruh kriteria memenuhi syarat sempurna dan tidak ada kriteria yang di bawah memuaskan. Selanjutnya, Satisfactory (memuaskan) berarti sembilan puluh persen dari seluruh kriteria memenuhi syarat memuaskan dan kriteria tidak ada yang di bawah standart. Ketiga, Marginal (standar) yaitu terdapat kurang dari sepuluh persen kriteria yang masuk kategori di bawah standart atau kurang memuaskan. Terakhir adalah Unsatisfactory (kurang memuaskan) artinya terdapat lebih dari sepuluh persen kriteria yang masuk kategori di bawah standar atau kurang memuaskan. Pejabat-pejabat yang tergabung dalam tim penilai VA ini terdiri dari G2 Assessment; G3 Operations; G4 Logistic and Supply; G6 C2 and Communications serta ESS Force Head Quarters. Demikian panjang-lebar uraian perwira kelahiran Bandung tahun 1983 ini dalam wawancaranya dengan Pen Satgas Indobatt.
Adapun hal-hal yang menjadi bahan penilaian antara lain; kemampuan intelligent dan counter-intelligent yang dinilai oleh staff Intelegent tingkat sektor (G2). Hal ini mencangkup ADO wilayah di sekitar compound, arah bahaya dan ancaman yang ada dan pengaruh keberadaan pasukan UN terhadap masyarakat sekitar.
Sedangkan Staff Operasional (G3) melaksanakan penilaian tentang prosedur pengamanan dan kemampuan reaksi pasukan. Prosedur pengaman yang dinilai terbagi menjadi dua aspek. Yang pertama adalah pengamanan pasif, hal ini dilaksanakan melalui program latihan secara teratur kepada seluruh anggota tentang bagaimana cara bereaksi terhadap ancaman bahaya-bahaya tertentu.
Poin berikutnya merupakan pengamanan aktif, yaitu pengamanan yang bersifat operasional sehari-hari seperti pos-pos penjagaan yang ada, proses pengecekan pada pintu masuk dan keluar compound, pengaturan keluar-masuk tamu baik anggota UN dan non-UN; serta pengamanan terhadap daerah-daerah bersifat obyek vital. Sedangkan kemampuan reaksi dinilai dari kecepatan reaksi dan kemampuan dari BMR (Batalyon Mobile Reserve) dan QRT (Quick Reaction Team) yang dimiliki oleh masing-masing batalyon.
Staff Logistik (G4) dalam hal ini melaksanakan penilaian tentang kesiapan logistik cadangan yang meliputi CRP, Bottle-water dan munisi cadangan, serta kesiapan alat pemadam kebakaran yang ada.
Dan, Staff Komunikasi (G6) dalam hal ini melaksanakan inspeksi tentang kemampuan perlengkapan komunikasi yang dimiliki oleh Indobatt dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional sehari-hari. Yang terakhir adalah dari pihak Engineering Servis Support (ESS), yang dalam hal ini melaksanakan penilaian pembangunan Force Protection Asset.
“Proses pelaksanaan inspeksi secara keseluruhan berjalan dengan lancar dan tim penilai cukup puas dengan perkembangan tingkat pengamanan yang dimiliki oleh Indobatt dari pelaksanaan penilaian tahun sebelumnya” ujar perwira yang sebelumnya menjabat sebagai Danton I/A/Taipur Denintel Kostrad. “Dari hasil penilaian akan dilaporkan dan dijadikan Force Protection FRAGO untuk kepentingan tahun berikutnya, yang meliputi hal-hal yang menjadi pekerjaan Kontingen; Engineering Unit serta hal-hal yang perlu menjadi evaluasi lebih lanjut”, kata Pa Force Protection Indobatt mengakhiri uraiannya. (Pa Pen Konga XXIII-D/Unifil/Dispenad)